Rabu, 14 Oktober 2009

KISAH PEMBANTU RUMAH TANGGA DARI PIHAK MAJIKAN PART V-VIII

V

Aku memakai dua pembantu suka konflik. Aku suka ke pada dua pembantu ini karena rajin pada dasarnya… yang satu mengurus anak2ku yang masih kecil dan menyapu dan mengepel bila anak2 sudh tidur. dan yag satu urusannya mencuci, setrika dan memasak


Aku tidak tahu persoalannya sebenarnya…


Satu hari… ibu si darti mau merancun aku ….. dia menunjukkan sambal yang memang agak berbau baygon ……

Usut punya usust darti mengakui perbuatannya karena benci banget melihat si Titi….. aku tapi tidak bermaksud membunuh… Cuma mau kasih pelajaran saja… Wauw ngeri sekali… nanti kalau aku punya salah tidak sengaja , bisa saja dia berbuat hal yang sama….


Darti aku kembalikan ke rumahnya


VI

Pembantu yang kalau bicara tidak pernah bisa menjawab halus tanpa bermaksud kurang ajar…. Kalau menjawat : Iya .. bu… (tapi denan nada seperti membentak)…..


VII

Pembantu laki-laki yang juga minum susu anakku yang saat itu masih belums atu tahun umurnya. Milo jgua di minumiya… padahal sudah diberikan gula, kopi khusus untuk dia… diomongin juga tidak mempan.


VIII

Atun. Hanya berdasarkan kepercayaan…. Diantar oleh seseorang ke Rumah kakakku. Wah… anaknya pinter… tapi ngerokok… yah.. aku biarin saja sepanjang pekerjaannya beres… sudah di larang tapi tidak mempan…. Ada niatanku mengajarinya menyupir mobil satu waktu. Karena anaknya cerdas.


SAtu hari dia bilang mau kawin… maka cutilah dia untuk kawin…. Dia bilang akan tetap bekerja tetapi tiap sabtu pulang ke tempat suaminya …..dan kembali setiap senin pagi. Harus aku akui anak ini cerdas banget. Diajar apa saja sangat cepat menangkapnya…..


Aku yah percaya saja. Sesudah 3 tahun bekerja, satu hari seperti biasa harus pulang… (bertepatan anakku harus operasi usus buntu). Karena anak ibu operasi, besok malam aku sudah pulang bu…. Sesudah itu dia raib begitu saja….. yah ampun… baru aku sadar… kemana mencari dia… aku tidak tahu asal muasalnya… begitu juga kakakku yang diantar oleh orang yang biasa mengantar pembantu.


Seandainya terjadi sesuatu , betul2 tidak bisa dilacak….. satu hari ketahuan bahwa dia sebenarnya masih suka berhubungan dengan pembantuku yang saat ini sudah 20 tahun bekerja… tapi bisa saling merahasiakan… jadi suka berkunjung ke tempat pembantuku itu…


Capek aku untuk mengajar jujur… ternyata si atun itu pindah kerja… seandainya dia jujur.. dan mendapat pekerjaan yang jauh lebih baik, pasit aku ijinkan karena itu adalah rejekinya. Hanya caranya saja yang aku tidak setuju. Untuk empertahankan diri harus berbohong… tapi mungkin saja karen apengalamannya juga… ketika dia berterus terang…. Dia tidak mendapat perlakukan yang semestinya dan diapresiasi. Maka… bohonglah yang dpat menelamatkannya.



KISAH PEMBANTU RUMAH TANGGA DARI PIHAK MAJIKAN PART IV

Bagaimana tidak seperti disambar petir ketika pembantu yang baru bekerja tiga bulan di Rumah (rumahnya tidak begitu jauh dari rumahku) mengatakan bahwa dia melakukan hubungan seksual dengan salah satu keponakanku. Yang aku kesal, dia bercerita tidak ke aku langsung tetapi melalui tukang cuci yang kerjanya hanya mencucui dan kemudian pulang ke rumahnya.


Pokonya tukang cuciku dianggap bisa menyelesaikan persaolannya. Lah… keponakanku sudah pulang ke bandng…. Keponakan dari suami lagi…. Wah… bagaimana ini…


Tukang cuciku si Marni …. Mulai memaparkan pengalaman si Tini… “:Bu dia tkaut nyampein… kan Pak. Toni kalau pulang malam, ibu kadang-kadang belum pulang dari kerja…. Nah sudah berkali-kali pak. Toni nyamperin ke kamar Tini…. Lalu ngajak gituan… tapi janji akan ngawinin. Karena ada yang mendukung mulailah si tini berani bicara:”iya bu… saya sudah telat berapa hari datang bulan…. Saya sih Cuma minta di kawinin saja… habis itu kalau mau diceraikan terserah saja….


Aku sempat terdiam dan kerongkonganku seperti tersumbat rasanya. “Tuhan… berikan aku kebijaksanaan untuk bicara” kataku dalam hati …..”Ibu tolong panggilkan pak. Toninya deh sekrang apa kapan gitu… “ sambungnya lagi….Begini saja Tini, besok saya akan telepon Pa Toni…. “Iya bu… daripada nanti keluarga si TIni semua datang ke Rumah ibu bagaimana” kata si Marni menimpali.


Esok harinya aku kembali bicara….. Tini, saya sudah hubungi toni tapi tidak bisa. MEmang aku telepon si Toni keponakanku itu… dan aku minta untuk datang berkaitan denan si Tini. Dia memang berjanji akan datang… tapi enggan dan akhirnya memang tidak datang. Suami dan keluarga pasti tidak percaya… pasti di pikir hanya bohong supaya untuk memras saja… dan dari keluarga terhormat pula.


“Tini, besok kita periksa ke dokter apakah Tini hamil atau tidak yah… kataku” akhirnya dia menyetujui dan besoknya TIni aku bawa ke dokter kandungan untuk periksa kehamilan (Tini sudh punya 3 anak) dan hasil pemeriksaan adalh negative.


“Jadi begini Tini, kenapa begitu kejadian tidak cerita sama ibu. Meskipun pa Toni itu keponakan ibu, sekarang ibu tidk mampu mendatangkan dia untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya kalaula itu benar. Sekarang sudah ada hasilnya bahwa Tini tidak hamil. Dia diam dan kembali mengulangi…”dia kanjanji mengawini saya bu… “ balasnya sambil mengeluarkan airmatanya. Saya tidk berpihak ke mana-mana… kalianlah yang tahu kebenarannya. Tapi Tini tidak hamil kan… dan suami Tini kan juga masih mau tetap dengan Tini… yah.. besok pulanglah yah… ibu minta maaf.


Esoknya dia pulang dan tidk pernah datang lagi.


Aku tidak tahu tentang kebenarannya. Hanya mereka dan Tuhan lah yang tahu…..


KISAH PEMBANTU RUMAH TANGGA DARI PIHAK MAJIKAN PART III

Pembantu yang bekrja di Rumah sudah puluhan tahun. Suaminya tidak bertanggung jawab. Putri sulungnya aku sekolahkan. Malam aku masih periksa pr nya. Ibunya pulang2 karena masih ada 2 anaknya yang lain yang harus di urus. Namanya anak masih puber…. PErsoalan yang aku hadapi: pemakaian telepon.


Koleksi koinku uang 500 an dan seribuan yang kalau dikumpulin sudah ratusan ribu… tiba2 tinggal puluhan ribu. Padahal kuncinya aku sudah saembunyikan yag menurut perhitunganku nggak mungkin lah yah… di ketahui si Yati ini. Begitu jgua telepon sudah aku kunci tetapi rekening tetap jebol. Mulai kapan anak ini jadi pencuri. Aku tahu kecilnya… padahal ibunya jujurnya nggak ketulungan…


Bohongnya juga minta ampun… satu hari teman sekelasnya aku lihat dari tempat jemuranku sedang bermain… aku malah berpikir ini anak koq bolos…. Tau2 si yati yang ngeluyur entah kemana, karena pada saat itu memang sekolah sedang diliburkan. Ibu nya Yati yang sudah puluhan bekerja d rrumahku ( sekarang hanya untuk memasak saja) aku beritahu tidak bisa ngomong apa-apa. Kalau dihadapanku si Yati akan bilang iya.. iya saja… tetapi kalau tidak ada aku… habis juga ibunya justru yang di omel2in si Yati.


Pada satu hari anak ektigaku akan berangkat ke luar negeri.. sehari sesudah keberangkatannya dia bertelepon bahwa amplop yang berisi 400 dollar hilang padahal itu adalah uang untuk membayar ticketnya. Dia baru sadar ketika akan membayar ticket dan langsung ke airport… anakku sendiri tidak menuduh si Yati.. dia Cuma bilang “bu, tolong dic ariin di Rumah ..mana tahu kececer… atau aku yang teledor dan jatuh di jalan.. tapi sih kemarin jelas uang itu ada…. Katanya dari seberang sana.


Aku sebagai orangtua punya instink pasti si Yati yang mengambil… aduh… ngerti nggak itu uang dollar…

Pembantuku yang satu (punya solidaritas sesame pembantu) lebih galak…”kan sebelum anak ibu berangkat, teman2nya juga banyak yang bertamu… bisa saja teman anak ibu”… Ibu si Yati lebih sengak lagi:” senakal2nya anak saya bu… nggak mungkin deh ngambil dollar … ngerti juga nggak uang dollar… lagian buat apa… kalau yang kemarin ambil uang koin, pake telepon… saya ngakuin deh… “ katanya dengan nada pembelaan.


Pulagn sekolah si Yati aku panggil…. Strategi musti aku rubah,…. Tidak menuduh… berjam-jam hari itu aku tanyain denan lemah lembut.. tetap ngeyel… aku harus berpacu dengan waktu… kalau misalnya dia berikanpada orang lain.. masih mungkin untuk di lacak… dan di minta kembali…


Besoknya aku ulangi lagi bicara… aku peluk… dan aku katakana:”aku yakin Yati bisa jujur …. Sebenarnya ibu sudah tahu bahwa Yati yang ambil, karena di Rumah ibu di pasang alat untuk melihat kejadian… ibu tidak usah beritahu alatnya di pasang di mana. Ibu Cuma ingin kejujuran Yati saja saebenarya… tidak lebih dari itu….


Mukanya berubah (saat itu Yati kelas 2 SMP) dan menakulah dia bahwa dia mengambil 400 dollar tersebut. “coba Yati ambil dan serahkan pada ibumu” kataku lembut. Lalu beranjak lah Yati dari tempat duduknya dan mengambil 400 dollar yang ternyata masih disimpan di buku kamus bahasa Inggris yang tebal. Yati menyerahkan ke ibunya dan disaksikan oleh pembantuku yang satu. Mereka terdiam. “Terima kasih ya Yati… atas kejujuranmu” kataku di hadapan ke dua pembantuku.


Ibu Yati sampai saat ini masih tetap memasak di rumahku dan Yati sduah tamat SMK, dan sudah bekerja dengan gaji yang lumayan (di konsultan pajak karena lulusan Akuntansi dan sambil kuliah malam)


KISAH PEMBANTU RUMAH TANGGA DARI PIHAK MAJIKAN PART II

Satu hari tetanggaku bilang bahwa :” sudahlah kita ambil pembantu ke agen saja” Cuman gini loh mbak… aku tuh sudah berapa kali dikerjain oleh agen. “Dikerjain kayak apa toh mbak” tanyaku dengan rasa ingin tahu karena belum punya pengalaman mengambil pembantu dari agen penyalur. Biasanya kalau ngggak dari tetangga yah dari tukang sayur, atau temannya dari pembantu teman.


Mulailah temanku itu bercerita :

“aku kan ambil pembantu dari satu agen. Nah …ceritanya persyaratannya adalah meninggalkan KTP kita dengan alasan kalau sewaktu-waktu ada berita dari kampung, atau pembantu tidak betah bisa segera diberi kabar dan sebagai agen yang bertanggung jawab pada pembantu yang disalurkan tahu persis dimana pembantu dipekerjakan. Selain itu adalah memberikan uang administrasi. Pembantu bisa diganti bila tidak betah selama tiga kali selama dua bulan .


Sesudah itu uang administrasi hangus dalam artian kalau mau mencari ganti harus membayar administrasi baru. Kalau selama dua bulan pembantu betah tetapi lewat dari itu, maka uang administrasi juga hangus. Yah aku monggo saja, ngikutin peraturan yang berlaku. Waktu itu ada beberapa pembantu yang bisa aku pilih dan tergantung juga pembantunya mau tidak bekerja di rumahku. Pendek cerita aku ambil satu perempuan separuh baya bekerja di rumahku.


Katanya sih sudah punya pengalaman kerja. Tapi ketika mulai bekerja… koq yah… sepertinya belum punya pengalaman banget. Kalau soal adaptasi sih aku pikir biasa …. Tapi kalau sudah seminggu belum mudeng-mudeng juga pekerjaannya… dan pake ngegosongin baju yang disetrika lagi… Wah ruwet nih….


Maka aku hubungi kembali agen penyalur. Memang aku dapat lagi pembantu. Nah yang ini agak modis dan bersih dan mengaku juga sudah punya pengalaman. Aku pikir lebih baik yang bersih dan punya pengalaman sehingga aku tidak sulit lagi untuk mengajarinya.


Tapi yah ampun…. Sangking bersihnya kali yah… kalau mandi lama banget…. Akhirnya aku juga yang mulai mempesiapkn sarapan pagi karena suamiku harus cepat berangkat. Jawabnya sih sopan… “sebentar bu….”

Lah sebentarnya dia lamanya di aku… belum lagi kanrena modisnya… dandannya lama banget. Jadi tuh… kalau mulai kerja benar-benar sudah dandan dan pake lipstick segala. Sekali sih aku bilang:”mbak, kalau di rumh nggak usah pake lipstick segala, kalau keluar sih oke saja” “nggak enak buk.. soalnya sudah kebiasaan… katanya lagi. Pekerjaannya sih lumayan rapih… masaknya juga yah… lumayan lah.. tinggal dikasih petunjuk-opetunjuk. Cuma bersoleknya itu yang aku nggak tahan. Yah sudahlah … pikirku…. Sabar-sabar sedikit…. Yang penting jujur.


Nah.. yang paling mengejutkan adalah ketka bayar telepon.. loh koq tiba-tiba rekening begitu tinggi … sementara kami jarang pakai telepon Rumah karena sudah pakai hp masing-masing. Namanya nggak boleh soujon… maka aku cek pemakaian ke kantor telepon minta daftar penggunaan telepon… yah.. koq ada telepon ke Jogja, ke solo, semarang dan nomor hp yang aku tidk kenal. Wah … nggak bener nih …. Tiba di Rumah mulai aku interogasi (tidakpake kekerasan lah yah…) wah… angelnya bok… puter sana puter sini, ngalor ngidul… nggak ngaku…. Akhirnya tanpa kehilangan akal aku coba menghubungi satu nomor yang ada dalam penagihan…. Dan Hallo… mbak… ini kulo Siti… langsung yang disana menjawab… “pie kabarnya mbak …. “ bla… bla…


Akhirnya tdaik bisa lagi memungkiri kebohongannya. Berarti tidak ada kejujuran… dan alih-alih aku kembalikan lah itu pembantu ke agen. Siti sudah bekerja satu setengah bulan bulan lebih…. Sehingga kalau aku mau ambil lagi aku harus membayar administrasi baru. Berat bo… tapi yah sudahlah karena memang butuh. Maka aku ambil lagi pembantu baru dari agen tersebut.


Wah sekali ini aku dpat sudah setengah tua… katanya sudah pernah kerja di orang asing….. sudah bercerai dari suami.. anak tinggal di kampung… aku bawalah si Bu ROmlah (bukan nama sebenarnya) …. Wah.. karena pernah kerja di orang asing…. Bahasanya di campur2 bahasa Inggris lah.. panggil aku Madam… Yah.. sebodo teuing lah… yang penting pekerjaan di Rumah beres pikirku.


Lumayan sih meskipun rada tengil karena merasa sudah pernah bekerja di orang asing… tapi yang nggak tahan… di susulin terus sama agen… yang katanya ada surat dari kampung,… besannya meninggal ….., keponakan mau kawin …. (Bisa-bisa satu waktu…kucingnya di kampung mau kawin juga harus pulang … jahat banget yah pikiraku pada saat itu) Menjelang habis (belum habis dua bulan masa untuk di tukar) dia pun minta permisi pulang. Aku msih punya tenggang 2 minggu.


Aku Tanya pada agen apakah sudah adapengganti? Jawabnya… “belum ada orang datang dari kampung” tunggu punya tunggu…. Lewatlah masa dua bulan tersebut , sepuluh hari sesudah itu menurut agen sudah ada pembantu… tetapi …. Lagi-lagi karena sudah lewat masa tenggangnya … aku harus bayar administrasi lagi… Wah .. nggak tahan lah yah…..


Nah dari pengalaman itu, aku pikir aku juga harus kreatif dong…. Mulailah aku bikin ktp dan kartu keluarga baru yang alamatnya bukan alamatku yang sebenarnya… aku datang ke agen penyalur yang lain…. Nah… koq yang ini aku lagi beruntung… aku dapat pembantu muda… kalem …. Eh… dia juga ngomong…. “bu kalau di Tanya sama agen… bilang saja saya sudah kabur… aku nggak mau ksih uang ke agen … aku betah kerja di Rumah ibu…. Di la… la….


Sudah 6 tahun dia bekerja di rumahku. Lagi2 soal keberuntungan

Nah… mbak.. kalau di sana kreatif… kenapa kita juga tidak bisa kreatif… bohongnya sih bohong… tapi kayaknya bohong yang baik yah…. (apa iya… ada bohong putih dan bohong hitam) he… he….

KISAH PEMBANTU RUMAH TANGGA DARI PIHAK MAJIKAN PART I

Dibawah ini adalah percakapan-percakapan dengan pihak-pihak diatas yang benar-benar terjadi. Di dalam masyarakat perkotaan.


Aku mendapat seorang pembantu dari kampung yang disalurkan oleh tetangga di belakang rumahku. Karena badan sudah tidak tahan rasanya, berbulan-bulan tidak punya pembantu. Aku sendiri masih harus bekerja ke kantor. Dari satu sisi mengurangi pengeluaran karena upah pembantu tidak menjadi daftar pengeluaran, demikian juga untuk makanan sehari-harinya.


Tapi bagaimana yah, aku masih punya anak berusia dua tahun. Selama pembantu absent anak sering aku bawa ke kantor. Suami sulitlah untuk diharapkan seperti itu. Kadang-kadang aku titipkan ke kakakku yang kebetulan punya pembantu (dia sendiri juga bekerja) Orangtua ataupun mertuaku tidak tinggal sekota sehingga sesuatu yang tidak mungkin di titipkan ke mereka. Maka kuterimalah dia. Anak itu masih berusia belasan tahun. Kelihatannya sih lugu yah …


Bahasa Indonesianya juga belum lancer. Pendidikannya tidak tamat SD dan tidak bisa melanjutkan karena masalah ekonomi. Mulailah aku beradaptasi lagi dengan kehadiran orang baru. Mulai lagi mengajari , mulai dari cuci piring, menyapu. Eh… Allah… rupanya tidak pernahbekerja sebelumnya… ditambah mengajari menyalakan kompor gas… ( wah ngeri juga…kalau mematikannya nggak bener).


Bagaimana mengangkat dan menerima telepon dan meletakkan kembali ke tempatnya. Pokoknya semua dari nol . ketika aku Tanya .. ‘apa iya di kampung nggak pernah kerja di Rumah?” . “Kerja bu… lah aku nyucinya di kali…. Kampungku belum ada listrik bu…. Aku masak pake kayu bakaar…. Ibu bapakku kerja di ladang… “

Antara perlu dan capek ngajarinnya… maka aku harus menerima keadaan ini. Sesudah aku trained satu minggu sepertinya sudah bisa nih aku tinggal sepenuhnya di Rumah. Wah… pokoknya pesenku banyak banget. Untuk sementara aku belum ijinkan untuk menyalakan kompor. Wong ini anak masih kecil pikirku.


Maka sebelum berangkat kerja aku sudah masak dulu, termasuk buat pembantuku itu. Lah masak dia nggak makan seharian nungguin aku pulang. Termasuk makanan buat anakku si kecil itu. Terpaksalah makan siangnya makanan tidak hangat alias dingin. Pesan yang lain adalah anakku jangan ditinggal.


Kalau dia tidur, baru dia boleh mengerjakan Rumah. Kalau sempat mencuci yah kerjakan tetapi kalau tidak, jangan kerjakan. Karena yang paling penting menjaga anakku itu. Selain itu jangan pernah membuka pintu kalau ada yang mau bertamu. Pokoknya kalau bukan orang yang sudah di pesan sebelumnya, jangan pernah buka. Mulailah aku membeberkan cerita (sebenarnya bukan menakut-nakut-I, tapi ada juga barangkali unsure menakut-nakuti) tetapi dilatar belakangi banyaknya angka kejahatan


Wah kayaknya sesudah seminggu, anak ini (katakanlah namanya si Isah) lumayan baik . Tapi yah ampun makannya buanyak banget. Aku lihat gula pasirku cepat banget habis… rupanya setiap kali minum pake gula… wah… awas luh kena diabetes kataku satu hari…. Eh jawabnya: ‘ aku ndak bisa minum kalau nggak manis buk”

Tapi yah namanya masih pertumbuhan…. Selain itu yah amppun…. Mandi berkali-kali …. Kaget barangkali liat air. “ndok… mandinya cukup dua kali sehari. Coba lihat ibu.. kan pergi dan pulang kantor saja mandinya” kataku “wah , disini panas banget buk… aku ndak tahan kalau nggak mandi berkali-kali “ ujarnya dengan bahasa yang kental jawanya. Nek di kampung, aku bisa berendem di kali… Wah, gawat juga.. harus diajarin terus menerus.

Menjelang satu bulan …. Sudah bisa nyalakan dan mematikan kompor. Mulailah dengan memanaskan makanan saja. Berangsur-angsur mulai bisa menggoreng tapi lebih banyak gosongnya katimbang yang sebaliknya. Yah.. pokoknya harus disyukuri.


Nah persoalan lain yang selalu membuat aku jantungan adalah tetangga belakangku yang menyalurkan si Isah suka datang mejenguk. Yah.. boleh-boleh saja sih menjenguk Cuma yang sebentar di bilang orangtuanya kangen…. ,kakaknya mau kawin, neneknya meninggal dan berbagai alasan. Semua dapat di atasi dengan memberikan gaji si Isah sebagai kontribusi ke kampungnya dengan berbagai macam event di kampung.

Mungkin dicampur rasa takut kehilangan pembantu dan membayangkan betapa repotnya aku nanti, membuat posisi tawarku kow nggak imbang yah….


Kadang-kadang gajinya diserahkan pada tetanggaku itu yang katanya mau di kirim ke orangtua si Isah….

Akhirnya Isah bertahan juga satu tahun. Aku sudah mulai mempercayainya dan suka ditambah anakku jua nempel sama si Isah…. Lebaran pun tiba …Isah harus pulang kampung…. Dan yang menjemput yah… tetanggaku itu…

Mau bilang apa… karena itu kan menjadi haknya untuk pulang kampung sesudah satu tahun. Aku sudah wanti-wanti dan coba mengatakan… “kalau memang nggak pulang lagi… tolong terus terang… supaya saya nggak nunggu-nunggu kamu… karena ibu kan harus kerja lagi… “AKu balik koq buk… aku sudah betah disini… “ katanya.


Janji kembali sesudah dua minggu tinggal di kampung. Akupun minta cuti dari kantor. Sesudah dua minggu… aku Tanya ke tetangga yang memasukkan itu…. “belum ada kabar bu” jawabnya… sampai satu bulan… yah sudah berarti aku tidak boleh mengharapkan kedatangannya lagi.


Beberapa bulan kemudian aku tahu secara tidak sengaja bahwa si Isah sebenarnya kembali ke Jakarta tetapi pindah kerja dan yang memasukkan ke tempat kerjanya yang baru … yah itu… tetanggaku itu…. Yah… batinku:” capeknya aku ngajarin si Isah… begitu dia pinter… dia cari kerja di tempat lain… dan skill nya sudah jauh lebih baik katimbang ketika dia eprtama kali datang dari kampung dan bekerja di rumahku…

Anggaplah sebagai sumbangan dan rumahku sebagai tempat training bagi si Isah….

Selasa, 13 Oktober 2009

KISAH TENTANG PEMBANTU RUMAH TANGGA


Lebaran atau Idul Fitri sudah di umumkan yaitu hari Minggu, 20 September 2009.

Mulailah para majikan kelimpungan karena kehilangan para pembantu Rumah tangganya alias mudik. Sangat berfariasi.


Ada yang sudah mudik dari dua minggu sebelum lebaran dan bhkan begitu bulan puasa mulai sudah pulang karena sudah diniatkan dari jauh hari bahw amenjalankan ibadah puasanya adalah di kampung.


Buat yang masuk dalam katagori para pejabat atau menengah ke atas, mencari alternative pembantu sangat memungkinkan. Agen-agen penyalur pembantu dapat memberikan tenaga serep. Persyaratannya juga beragam. Misalnya harus dipakai minimal 15 hari dengan upah 100 ribu per hari dan uang administrasi 400 ribu.


Buat yang tidak mampu dan masih aktif bekerja terpaksa minta cuti dari tempat kerja sampai menunggu pembantu pulang. Semua untung2an. Ada yang pembantunya kembali lagi tetapi banyak juga yang tidak kembali lagi ( meskipun janjinya sih kembali) dengan berbagai alasan yang pada umumnya mencari pekerjaan di tempat lain dengan harapan upah yang lebih besar.


Persoalan terutama bagi para orang yang sudah tua yang sudah sulit mengerjakan pekerjaan domestic sementara anak-anaknya juga kerepotan mengurusi anak2 nya apalagi ditambah tempat tinggalnya yang jauh dari tempat orang tua.


Selain itu bagi pasangan yang masih punya anak-anak yang masih kecil atau balita.

Saat ini untuk mencari pembantu Rumah tangga tidak semudah pada decade-dekade sebelumnya. Masalah dedikasi, kebutuhan pembantu sangat berbeda saat ini meskipun mereka baru datang dari kampung.


Informasi yang mereka peroleh dari media elektronik yang sudah masuk ke pedesaan juga salah satu factor yang membuat perubahan tersebut. Meskipun tidak dapat dipungkiri banyak juga para pembantu yang mengalami tindak kekerasan dari pihak majikan demikian juga sebaliknya.


Barangkali fakta-fakta di lapangan bisa menjadi pertimbangan hal-hal apa yang perlu diatur kalaulah nanti ada perda2 yang mengatur tentang pembantu Rumah tangga. Adanya peraturan penggajian karena di katagorikan sebagai pekerja terlebih bagi PRTA.


Sering istilah keluarga (pembantu dianggap sebagai bagian dari anggota keluarga) justru membuat jam kerja tidak jelas dan any time harus memenuhi kebutuhan keluarga. Berapa persen dari majikan yang melihat mereka juga mempunyai hak-hak nya semisal hak beristirahat, hak cuti dan hak-hak lainnya.


Faktor keberuntungan menjadi pemegang factor utama. Tidak ada keterikatan satu sama lain. Klau sudah tidak betah, yah menit itu juga akan mengundurkan diri tanpa memberi kesempatan pada majikan bernegosiasi terlebih bagi mereka yang masih bekerja atau ngantor.


Persoalan-persoalan diatas menjadi titik tolak pemikiran sehingga posisi tawar ke dua belah pihak dapat menjadi seimbang. Meskipun majikan adalah pihak yang membayarkan gaji tetapi harus ada ketentuan-ketentuan yang disepakati dan upaya pemanfaatan atau eksploitasi pada pihak yang lemah. Demikian juga halnya pada pihak pembantu yang juga tidak menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan pihak majikan. Lalu bagaimana kalau masih-masing pihak melanggar ketentuan-ketentuan yang ada. Selain itu pihak yang memegang peranan penting dewasa ini adalah Agen Penyalur Pembantu.


Apakah tenaga-tenaga yang disalurkan juga orang-orang yang siap pakai? Sejauh mana tanggung jawab Agen penyalur? Misalnya kalau tidak betah maka pembantu akan diganti dengan batasan tiga kali. Sesudah tiga kali maka uang administrasi yang dibayarkan hangus. Sehingga bila mengambil tenaga lainnya maka berlaku pembayaran administrasi baru. Bagaimana tiga kali penggantian tersebut juga disebabkan karena ketidak cocokan dari pihak majikan terhadap tenaga yang disalurkan.


Pertanyaannya adalah bagaimana membuat posisi tawar masing-masing pihak tidak merugikan satu pihak manapun.



Minggu, 05 Juli 2009

Prasangka

Saya merasa berdosa ketika sempat berprasangka buruk terhadap orang yang ternyata pada akhirnya saya ketahui orang tersebut sangat tulus membantu. Tapi mungkin dikarenakan banyaknya peristiwa kejahatan di sekitar kita yang membuat paranoid dan curiga terhadap orang lain. MIsalnya kasus Ryan dimana korbannya tentu tidak menyangka sesama sekali bahwa Ryan adalah pembunuh berdarah dingin.

Terjadinya adalah ketika satu hari saya berangkat ke Bandung dengan travel biro. Tiba di lokasi sudah hampir jam 11 malam. saya tidak tahu lokasi dari alamat hotel tempat pertemuan yang diberikan oleh panitia. Maka berbagai penjelasan yang saling bertolakbelakang dari supir danpenumpang yang ada. Seorang ibu muda akhirnya mengatakan bahwa ia tahu loksi hotel tersebut dan ia bersedia akan mengantarkan saya ke hoteltersebut. TIba di tempat dimana seluruh penumpang turun dan ibu muda tersebut menelepon suaminya dan menjelaskan bahwa ada seorang penumpang (maksudnya adalah saya sendiri) yang dia minta agar suaminya mau mengantarkan. "pak, ibunya teh nggak tau jalan, kita anterin yah... sok nya"katanya. kemudianibu muda itu (akhirnya aku tau namanya Wulan) mengajak aku menyeberang jalan karena suaminya konon datang dari arah yang berbeda.
Maka naiklah aku di dalammobil tersebut. karena aku tidak tahu medan dan jalan sama sekali, ketika aku rasakan jalan yang kami tempuh cukup lama... aku jadinya merasa wasw-was... untuk memerangi ketakutanku aku bertanya:"masih jauh yah... ini jalannya ke dalam kota atau ke luar kota? kataku untuk menetralisir kekhawatiran... ïyah bu... kita ambil jalan tol... kalau ke dalam kota rada jauh juga... ini lebih dekat ..."kata suami Wulan meyakinkanku

aku mengutuk-ngutuk diriku... betapa bodohnya aku mau ikut orang yang tidak aku kenal sama sekali ... bagaimana kalau dia sebenarnya berkonspirasi ... dan ternyata adalah seperti Ryan... sementara mobil melaju dengan kencangnya....

40 menit dalam perjalanan serasa lama sekali dan pada akhirnya kami tiba di hotel tujuan. Wulan bicara:"aku tadi kasihan lihat ibu seperti kebingungan... dan ibu mirip sekali dengan ibuku almarhum " katanya dengan lugu... Suaminya juga senyum-senyum

Aku ucapkan terima kasih.... dan di satu sisi aku seperti terlepas dari satu bahaya atau situasi yang aku tidak tahu akhirnya bagaimana dan di sisi lain... betapa baiknya orang itu... yang untuk zaman sekarang mungkin sulit juga ditemui.