Rabu, 14 Oktober 2009

KISAH PEMBANTU RUMAH TANGGA DARI PIHAK MAJIKAN PART III

Pembantu yang bekrja di Rumah sudah puluhan tahun. Suaminya tidak bertanggung jawab. Putri sulungnya aku sekolahkan. Malam aku masih periksa pr nya. Ibunya pulang2 karena masih ada 2 anaknya yang lain yang harus di urus. Namanya anak masih puber…. PErsoalan yang aku hadapi: pemakaian telepon.


Koleksi koinku uang 500 an dan seribuan yang kalau dikumpulin sudah ratusan ribu… tiba2 tinggal puluhan ribu. Padahal kuncinya aku sudah saembunyikan yag menurut perhitunganku nggak mungkin lah yah… di ketahui si Yati ini. Begitu jgua telepon sudah aku kunci tetapi rekening tetap jebol. Mulai kapan anak ini jadi pencuri. Aku tahu kecilnya… padahal ibunya jujurnya nggak ketulungan…


Bohongnya juga minta ampun… satu hari teman sekelasnya aku lihat dari tempat jemuranku sedang bermain… aku malah berpikir ini anak koq bolos…. Tau2 si yati yang ngeluyur entah kemana, karena pada saat itu memang sekolah sedang diliburkan. Ibu nya Yati yang sudah puluhan bekerja d rrumahku ( sekarang hanya untuk memasak saja) aku beritahu tidak bisa ngomong apa-apa. Kalau dihadapanku si Yati akan bilang iya.. iya saja… tetapi kalau tidak ada aku… habis juga ibunya justru yang di omel2in si Yati.


Pada satu hari anak ektigaku akan berangkat ke luar negeri.. sehari sesudah keberangkatannya dia bertelepon bahwa amplop yang berisi 400 dollar hilang padahal itu adalah uang untuk membayar ticketnya. Dia baru sadar ketika akan membayar ticket dan langsung ke airport… anakku sendiri tidak menuduh si Yati.. dia Cuma bilang “bu, tolong dic ariin di Rumah ..mana tahu kececer… atau aku yang teledor dan jatuh di jalan.. tapi sih kemarin jelas uang itu ada…. Katanya dari seberang sana.


Aku sebagai orangtua punya instink pasti si Yati yang mengambil… aduh… ngerti nggak itu uang dollar…

Pembantuku yang satu (punya solidaritas sesame pembantu) lebih galak…”kan sebelum anak ibu berangkat, teman2nya juga banyak yang bertamu… bisa saja teman anak ibu”… Ibu si Yati lebih sengak lagi:” senakal2nya anak saya bu… nggak mungkin deh ngambil dollar … ngerti juga nggak uang dollar… lagian buat apa… kalau yang kemarin ambil uang koin, pake telepon… saya ngakuin deh… “ katanya dengan nada pembelaan.


Pulagn sekolah si Yati aku panggil…. Strategi musti aku rubah,…. Tidak menuduh… berjam-jam hari itu aku tanyain denan lemah lembut.. tetap ngeyel… aku harus berpacu dengan waktu… kalau misalnya dia berikanpada orang lain.. masih mungkin untuk di lacak… dan di minta kembali…


Besoknya aku ulangi lagi bicara… aku peluk… dan aku katakana:”aku yakin Yati bisa jujur …. Sebenarnya ibu sudah tahu bahwa Yati yang ambil, karena di Rumah ibu di pasang alat untuk melihat kejadian… ibu tidak usah beritahu alatnya di pasang di mana. Ibu Cuma ingin kejujuran Yati saja saebenarya… tidak lebih dari itu….


Mukanya berubah (saat itu Yati kelas 2 SMP) dan menakulah dia bahwa dia mengambil 400 dollar tersebut. “coba Yati ambil dan serahkan pada ibumu” kataku lembut. Lalu beranjak lah Yati dari tempat duduknya dan mengambil 400 dollar yang ternyata masih disimpan di buku kamus bahasa Inggris yang tebal. Yati menyerahkan ke ibunya dan disaksikan oleh pembantuku yang satu. Mereka terdiam. “Terima kasih ya Yati… atas kejujuranmu” kataku di hadapan ke dua pembantuku.


Ibu Yati sampai saat ini masih tetap memasak di rumahku dan Yati sduah tamat SMK, dan sudah bekerja dengan gaji yang lumayan (di konsultan pajak karena lulusan Akuntansi dan sambil kuliah malam)


Tidak ada komentar: